Budidaya Bengkuang
Bengkuang dipanen umbinya. Curah hujan di sekitar Bogor cukup tinggi, hingga umbi bengkuang di kawasan ini banyak mengandung air. Beda dengan umbi bengkuang dari Amerika Tengah, mengandung karbohidrat (pati) tinggi. Di negara-negara Amerika Tengah, bengkuang dibudidayakan untuk diambil patinya. Pati bengkuang sangat cocok untuk bubur dan kue makanan bayi, karena kelembutannya. Umbi bengkuang yang akan dipanen untuk diambil patinya, harus dipelihara paling tidak selama dua tahun. Hingga umbi itu sudah berserat, dan tidak bisa dikonsumsi segar.
Umbi yang akan dikonsumsi segar, harus dipanen pada tahun pertama, sejak penanaman. Budidaya bengkuang di sekitar Bogor dilakukan sepanjang tahun. Sebab curah hujan di kawasan ini merata sepanjang tahun. Hingga setiap saat, para wisatawan bisa menjumpai bengkuang dijajakan di kios di sepanjang jalur jalan raya ke Puncak, atau ke Sukabumi. Di kawasan yang musim hujannya terkonsentrasi selama lima, atau bahkan tiga bulan (NTT), bengkuang ditanam pada awal musim penghujan, dan dipanen pada musim kemarau ketika tanamannya sudah mati.
Bengkuang dibudidayakan dari benih biji. Petani biasanya menyisakan satu dua tanaman yang dibiarkan berbunga dan berbuah berupa polong, untuk digunakan sebagai benih pada musim tanam berikutnya. Tanaman lainnya sengaja dipangkas (dibuang) bunganya, agar tidak menghasilkan polong. Sebab bengkuang baru akan menghasilkan umbi, kalau semua bunga dibuang. Kalau bunga dibiarkan tumbuh menjadi polong, bengkuang tidak akan menghasilkan umbi. Polong bengkuang mirip dengan buncis, dengan bulu halus pada kulitnya.
Panjang polong bengkuang sekitar 10 cm, dengan biji sebesar biji buncis. Polong dan biji berwarna hijau ketika muda. Setelah tua, kulit polong berwarna abu-abu kehitaman, dan biji menjadi coklat. Biji inilah yang dipanen petani untuk benih. Apabila tidak segera ditanam, polong akan dibiarkan tetap utuh, tidak dikupas, dan disimpan di tempat yang kering. Biasanya petani menyimpan polong bermacam tanaman pada para-para di atas tungku dapur. Biji yang sudah terlanjur dikeluarkan dari polong, dan tidak akan segera ditanam, harus disimpan dalam wadah kaleng atau botol beling yang tertutup rapat.
Bengkuang menghendaki lahan yang gembur, terutama tanah vulkanis dengan bahan organik yang kaya. Meskipun daya adaptasi bengkuang terhadap bermacam jenis tanaman juga cukup tinggi. Agar pertumbuhan umbi bisa optimal, bengkuang menghendaki sinar matahari penuh sepanjang hari. Tanaman ini akan tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian antara 200 sd. 800 m. dpl. Para petani biasanya mengolah lahan untuk ditanami bengkuang, dengan cangkul, kemudian dibuat guludan. Pada guludan itu dibuat lubang tanam menggunakan tugal. Ke dalam lubang tanam itulah dimasukkan satu biji bengkuang sebagai benih.
Bengkuang merupakan tanaman memanjat, dengan cara membelit. Di habitat aslinya, bengkuang memanjat tanaman lain, untuk mengejar sinar matahari. Di areal penanaman, petani bisa memberinya ajir, sebagai tiang panjatan. Para petani di sekitar Bogor, jarang memberi ajir untuk bengkuang. Hingga tanaman menjalar memenuhi guludan, seperti halnya tanaman ubi jalar. Alasan petani tidak diberi ajir, adalah agar mudah membuang kuncup bakal bunga. Pembuangan dilakukan dengan memetik malai bunga satu per satu menggunakan tangan.
Bengkuang dipanen pada umur antara 8 sd. 10 bulan. Panen dilakukan dengan membabat seluruh tanaman. Sulur batang dan daun bengkuang, biasanya ditaruh di antara dua guludan. Pada waktu membongkar guludan untuk mengambil umbi bengkuang, sulur dan daun yang baru saja dibabat, sekalian ditimbun. Pembongkaran guludan dilakukan dengan hati-hati, agar mata cangkul tidak melukai umbi. Bengkuang hasil panen diikat, dengan menyatukan pangkal batang yang masih melekat pada umbi, menggunakan tali bambu.
Meskipun bisa dibudidayakan sepanjang tahun, para petani di sekitar Bogor, hanya mau menanam bengkuang, agar panennya pas bertepatan dengan musim kemarau. Sebab pada musim penghujan, minat masyarakat untuk membeli bengkuang agak menurun. Selain dimakan segar, bengkuang paling disukai sebagai bahan rujak, bersama buah-buahan, dan ubi jalar merah. Dewasa ini bengkuang juga sering dijadikan bahan kosmetik, terutama untuk menghaluskan dan menyehatkan kulit wajah. Bengkuang bahan kosmetik, dipilih yang benar-benar sudah tua.
Terakhir, bengkuang juga dijadikan pengisi lumpia. Sebab produsen lumpia, sering kesulitan mendapatkan pasokan rebung segar secara kontinu. Rebung yang sudah layu berasa masam, dan beraroma pesing. Maka para pengusaha lumpia pun secara kreatif beralih ke bengkuang yang lebih mudah diperoleh. Sebenarnya, selain dipanen umbinya, bengkuang juga bisa dipanen bijinya sebagai bahan baku pestisida. Sebab dalam biji bengkuang, terkandung rotenon dalam volume yang cukup besar, sebagai bahan pestisida organik. (Foragri).